Jumat, 31 Desember 2010

KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI ORGANISASI

Hakikat dan Pengertian Komunikasi
Hakikat Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam terminologi komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (Message), orang yang menyampaikan pesan itu disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pesan disebut komunikan (communicatee).
Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yakni pertama, isi pesan (the Content of message), dan kedua, lambang (symbol). Kongkritnya isi pesan itu ada lah pikiran atau perasaan, dan lambang adalah bahasa.

Tujuan Komunikasi :
Ada empat tujuan komunikasi (yang utama), yaitu dapat disadari ataupun tidak disadari, dikenali ataupun tidak dikenali. Tujuan-tujuan komunikasi tersebut adalah :
1. Menemukan ;
Bila sahabat berkomunikasi dengan orang lain, sahabat belajar mengenai diri sendiri selain dengan orang lain. Kenyataannya, persepsi-persepsi diri sahabat sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah sahabat pelajari tentang diri sendiri ataupun orang lain selama berkomunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antar pribadi.
Cara lain kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan baik kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, maupun kegagalan kita dengan orang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita menemukan dunia luar-dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan kemanusiaan lain.
2. Untuk berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain; membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita ingin merasa dicintai dan disukai sekaligus mencintai dan menyukai orang lain. Pada saat itulah sahabat merasa perlu berkomunikasi dengan orang lain.
3. Untuk meyakinkan
Dalam perjumpaan antar pribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba hal-hal baru, meyakini bahwa sesuatu itu benar atau salah, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu. Hal itu hanya bisa kita lakukan melalui komunikasi.
4. Untuk bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. Demikian juga banyak perilaku komunikasi kita rancang untuk menghibur orang lain. Ada kalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi ada kalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain, sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

Hambatan – hambatan komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif (berhasil). Bahkan beberapa ahli menyatakan bahwa tidaklah mungkin seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi, yang beberapa diantaranya adalah:
• Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik:
Gangguan Mekanik adalah gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantik. Gangguan ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring kedalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.

Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan didalam organisasi – didalam kelompok formal maupun informal organisasi. Semakin besar dan semakin kompleks suatu organisasi, semakin besar dan semakin kompleks komunikasinya. Pada organisasi yang beranggotakan tiga orang, komunikasinya relatif sederhana, namun organisasi yang beranggotakan seribu orang komunikasinya menjadi semakin kompleks.
Komunikasi organisasi dapat bersifat formal maupun informal. Yang termasuk dalam komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientsi kepada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja didalam organisasi, produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi: Memo, Kebijakan, Pernyataan, temu Pers, dan surat-surat resmi. Yang termasuk didalam komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual.

Jaringan Komunikasi
Karena struktur hirarkinya yang sangat ketat, jarak fisik yang jauh dari orang-orangmya, perbedaan yang besar dalam kompetensinya, dan berbagai tugas khusus yang harus diselesaikan, maka organisasi harus menciptakan sejumlah jaringan komunikasi yang beragam. Yang dimaksudkan dengan jaringan di sini addalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini mungkin merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lain. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.

Struktur jaringan komunikasi
Lima struktur jaringan komunikasi dapat dilihat pada gambar. Setiap diagram menunjukkan adanya lima individu, meskipun suatu jaringan komunikasi bisa melibatkan sejumlah orang lebih dari lima. Tanda panah menunjukan arah pesan mengalir.

Bahan bacaan sekedarnya “Opini publik”

Opini publik (public opnion) adalah pendapat publik atau pendapat umum, sebuah situasi dimana terbentuk sikap, pandangan, watak dan perspektif tentang segala sesuatu, baik melalui persuasi (hegemoni, lihat pendapat Gramsci) maupun operasai (otoritarianisme; lihat gaya politik Lenin dan Stalin). Pendapat ini terbentuk secara massif dan seolah telah menjadi kebenaran publik, sehingga andai kata ada kebenaran lain yang disandingkan (tetapi ia bukan pendapat yang pertama), niscaya kebenaran yang sesungguhnya tidak tersampaikan secara sempurna. Opini publik lebih merupakan akumulasi dari perspeksi-perspeksi yang sengaja dimobilisasikan untuk kepentingan tertentu. Dengan begitu, dalam konteks ini, kita bisa memastikan bahwa opini publik itu tak terjadi secara alami. Kalaupun ada opini publik yang terbentuk secara alami, maka opini yang demikian itu akan tenggelam manakala ada rekayasa dari kepentingan sebuah kelompok dengan maksud-maksud tertentu.
Contoh: pada zaman regim Orde Baru terbentuk sebuah opini 1) pembangunan adalah satu-satunya pemecah maslah, 2) UUD 1945 adalah produk sejarah yang sakral dan tidak bisa diubah materinya, 3) pemerintah adalah aparat yang baik dan harus didukung oleh rakyat, 4) Oerde Lama adalah penyakit, karenanya harus disingkirkan, 5) Tentara adalah penjaga keamanan rakyat, 6) sejarah yang ditulis Pemerintah adalah kebenaran mutlak, dan fenomena-fenomena lainnya.
Opini seperti ini itu sanggup bertahan demikian lama hingga terbentuknya opini yang kuat melekat bahwa Orde Baru adalah baik. Tatkala era reformasi datang, maka terjadilah pembalikan wacana-wacana diatas secara total, menyeluruh dan bahkan memusnahkan opini tersebut. Terjadilah opini sebaliknya yang dilakukan oleh sebuah rekayasa yang menempatkan kepentingan politik diatas pendulum segala-galanya. Maka jadilah Orde Baru yang dulu dipuja-puja menjadi Orde yang dihina oleh rakyat.
Opini publik tidak saja penting artinya bagi pembangunan demokrasi jika ia ditujukan untuk pemahaman yang sebenar-benarnya pada masyarakat, tetapi juga merupakan pilar penting bagi pemabangunan civl society yang kuat dan mandiri. Opini publik tidak saja sekedar sanggup memberi pelajaran pada masyarakat akan arti dari proses kehidupan yang pelik, tetapi ia lebih jauh akan menjadikan masyarakat cerdas membuat analisa-analisa, mengoreksi dan merumuskan sendiri kebutuhan-kebutuhan politik.
Contoh; baiklah, kita mulai dari sebuah pertanyaan, siapa sebenarnya pemilik republik ini? Dizaman Orde Baru kita diberi pengertian bahwa pemiliknya adalah pemerintah, rakyat hanyalah berposisi sebagai penikmat pembangunan, sementara pemerintah adalah sosok penguasa, si penyelenggara pembangunan. Pada era reformasi, opini yang demikian dibalik menjadi: bahwa yang menjadi pemilik republik ini adalah RaKyaT.ini bisa kita lihat dari adanya kebebasan berpendapat berada pada ruang yang luas.
Mengingat, demikian pentingnya Opini publik, maka dinisbatkan sebuah cara bagaimana membangunnya. Kita lantas mengenal proses pembangunan opini (opinion building). Opini publik akan bisa kita rekayasa sedemikian rupa jika memahami betul bagaimana lingkup masyarakat yang akan mengenyam opini tersebut. inilah yang kemudian kita sebut sebagai opinon building. Jadi opini publik berbanding lurus dengan proses opinion building itu sendiri.
Contoh: kenaikan BBM beberapa waktu yang lalu adalah keinginan dari pemerintah untuk membuat opini dimasyarakat bahwa anggaran negara terbatas, dan BBM harus segera dinaikan. Namun oleh karena proses opinion building-nya tidak memadai, yakni sosialisasi dan distribusi pengetahuan akan efek-efek dari diberlakukannya kebijakan tersebut tidak diterima oleh masyarakat, maka gagallah kebijakan itu.
Siapa lembaga yang paling berhak untuk mengerjakan opini publik? Semua lembaga berhak dan juga justru berkewajiban untuk membentuknya, baik dari pemerintah maupun Organisasi-Organisasi Non Pemerintan (Ornop). Kita katakan lembaga-lembaga tersebut sebab merekalah yang menentukan blue print (cetak biru) masyarakat, terutama ditengah masyarakat yang belum sejahtera ekonominya seperti Indonesia.
Dengan cara opini publik ini bisa dibangun:
1) Mengusai (memahami) struktur kekuasaan
2) Mengusai (memahami) media, elektronik maupnn cetak
3) Mengusai (memahami) cela-cela pendapat yang berkembang
4) Mengusai (memahami) psikologi dan komunikasi masyarakat
5) Menunjukan (memahami) pada masyarakat bahwa kita memang memiliki kepedulian.

ANALISIS TRANSAKSI
(Komunikasi Organisasi)

Apakah anda mengenal diri anda dengan baik? Apakah anda mengetahui secara persis setiap relung dan lubuk hati anda yang ada dalam diri anda? Kalau anda menjawab ya, anda termasuk orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.
Untuk membantu anda agar menjadi orang yang tahu bahwa dirinya tahu atau setidaknya orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, daftar pertanyaan ini disusun. Ini sama sekali bukan tes. Sekali lagi, ini lebih dari upaya untuk membantu anda lebih mengenal diri anda.
Ada 18 pertanyaan, yang diusahakan menggambarkan suatu keadaan tertentu dalam kehidupan organisasi. Untuk setiap pernyataan, ada 3 kemungkinan respons yang mungkin anda lakukan. Anda diminta menetapkan respons yang biasanya anda lakukan bila menghadapi keadaan seperti ini, atau mendekati, pernyataan itu. Bila bukan respons itu, yang mana lagi? Caranya mudah saja; beri angka 1-3 pada setiap responas yang ada, yang menggambarkan urutan respons anda. Ingat; Diandaikan semua respons itu anda lakukan, karena semua respon harus diberi angka 1-3. Ingat pula; Urutan respons adalah skala prioritas yang biasanya anda lakukan, bukan yang seharusnya anda lakukan.

1. Permintaan anda untuk audiensi dengan tokoh penting dikabulkan. Anda diminta untuk segera bertemu dengan tokoh penting yang belum anda kenal secara pribadi. Ketika bertemu anda akan …………………………..
( ) a. Merinci dengan jelas alasan-alasan anda ingin bertemu dan menjelaskan mengenai berbagai hal sehubungan dengan organisasi anda.
( ) b. Memperkenalkan diri anda dan menunjukkan minat yang besar serta dukungan program dan kegiatannya, baru kemudian menjelaskan yang anda inginkan darinya.
( ) c. Menyatakan secara singkat dan jelas yang anda inginkan darinya.

2. Pada rapat evaluasi suatu kegiatan yang anda tangani, rapat cenderung menilai capaian kegiatan tersebut jauh dari yang diharapkan. Anda akan………………………
( ) a. Mengungkapkan secar lengkap dan rinci data dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan tersebut, mengambil kesimpulan dan meminta persetujuan terhadap langkah perbaikan yang hendak anda ambil.
( ) b. Meminta agar pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan kegiatan tersebut tetap berkepala dingin, supaya bisa dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
( ) c. Menyatakan bahwa ketidak berhasilan kegiatan tersebut bukan semata-mata kesalahan anda, tetapi juga pimpinan, sejawat dan anggota tim anda.

3. Suatu ketika usulan proyek anda, yang anda anggap sangat baik ditolak oleh pimpinan anda. Sikap anda ………………………………….
( ) a. Anda tidak harus mengerti penolakan itu karena usulan proyek anda tidak pernah ditolak pimpinan sebelumnya. Kepada pimpinan anda, anda kemukakan hal ini sembari mengemukakan seorang pimpinan seharusnya Tutwuri Handayani, tidak main tolak begitu saja.
( ) b. Anda bisa memaklumi penolakan itu, anda memikirkan kembali usulan tersebut secar terinci untuk membuat perubahan dan perbaikan yang diperlukan, sesuai dengan saran yang diberikan oleh pimpinan anda.
( ) c. Anda memprotes pimpinan anda yang tidak menghargai jerih payah anda menyusun usulan proyek itu. Anda mengambil keputusan untuk hanya bertindak atas perintah pimpinan anda . daripada mengamil inisiatif tetapi tidak dihargai.

4. Dalam suasana informal(tidak resmi), anda hormat kepada orang yang …………..
(….) a. Tidak bertele-tele dan berbicara langsung pada pokok persoalan.
(….) b. Mengungkapkan gagasan-gagasan secara jelas dan menunjukkan orisinilitas berpikir.
(….) c. Penuh optimisme dan menunjukkan kepekaan perasaaan yang tinggi.

5. Dalam menyelesaikan sesuatu tugas dengan orang lain dalam sebuah tim, yang terpenting menurut anda adalah :
(….) a. Meminta kepada tim anda untuk menetapkan posisi dan fungsi masing-masing dalam tim dan mengumpulkan data/informasi sebanyak-banyaknya sebagai dasar bagi penyusunan rencana dan penyelesaian tgas tim anda.
(….) b. Menekankan pentingnya penyelesaian tugas tersebut sesegera mungkin.
(….) c. Membagi tugas dengan sebaik-baiknya dan memerintahkan kepada anggota tim anda untuk melaksanakan tugas masing-masing, serta memberikan konsekuensi atas hasil kerja masing-masing.

6. Dari feedback teman-teman anda, anda tahu bahwa orang lain cenderung melihat anda sebagai orang yang …….
(…) a. Pelaksana efektif dan sangat mementingkan tindakan, serta mampu membuat suatu rencana/ gagasan benar-benar bisa terwujud dan dilaksanakan segera.
(…) b. Mampu berhubungan baik dengan orang-orang disekitar dan mampu menghadapi berbagai persoalan dengan kepala dingin.
(…) c. Konseptual, sistematis, analitis, dan benar-benar menguasai data/informasi serta persoalan yang anda bicarakan.

7. Ada teman anda yang menganggap anda adalah saingan berat dalam meraih jabatan tertentu dalam organisasi anda. Anda akan……
(…) a. menganggap persaingan itu tak pernah ada, dan anda tetap bersikap wajar dan biasa-biasa saja terhadap teman anda itu.
(…) b. Penikmati persaingan tersebut dan merasa puas jika menang.
(…) c. Mengumpulkan berbagai data/ informasi dan menganalisa berbagai aspek persaingan.

8. Anda ditempatkan dalam suatu tim kerja dengan anggota kelompok yang cenderung bekerja sangat serius. Anda akan …..
(…) a. Mengemukakan perlunya mendekati permasalahan secara proporsional (pada tempatnya) dan bekerja sesuai dengan situasi dan kondisi.
(…) b. Mengikuti gaya dan irama kerja anggota tim anda.
(…) c. menekankan pentingnya hasil yang harus dicapai dan menghindarkan perdebatan hal-hal yang membuat suasana jadi serius.

9. Anda mempunyai suatu gagasan dan mensosialisasikannya dalam sebuah rapat. Beberapa teman melancarkan serangan gencar kepada anda. Anda akan …….
(…) a. Menganggap teman-teman anda kekanak-kanakan dan patut dikasihani.
(…) b. Meminta kepada teman-teman anda untuk mengemukakan sarana-sarana kongkrit guna penyempurnaan gagasan anda.
(…) c. Tidak memperdulikan serangan itu, dan anda bertekad merealisir gagasan anda apapun resikonya.

10. Dalam kehidupan berorganisasi, anda sangat suka berhubungan dengan orang yang …..
(…) a. Memiliki gagasan yang aneh-aneh untuk melakukan berbagai perubahan.
(…) b. Selalu mengikuti perkembangan aktual yang terjadi, dan menghubungkannya dengan kejadian di masa lalu, serta pengaruhnya di masa mendatang.
(…) c. Menarik dan mampu membangkitkan semangat orang lain.

11. Dalam melaksanakan program-program anda, anda lebih tertarik pada ….
(…) a. Kaitan-kaitan yang runtut dan teratur dari masa lalu ke masa kini sampai ke masa depan.
(…) b. Tindakan-tindakan yang paling mungkin dilaksanakan dan dibutuhkan saat itu.
(…) c. Belajar dari masa lalu.


12. Menghadapi orang yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan pemikiran anda. Anda akan …..
(…) a. Mencari persesuaian pada hal-hal tertentu dan mengabaikan hal-hal yang berbeda.
(…) b. Tetap berkepala dingin dan menunjukkan alasan-alasan kuat yang mendasari pemikiran anda sendiri.
(…) c. Mencoba memahami alasan-alasan dibalik pemikiran tersebut.

13. Suatu ketika terjadi krisis dalam organisasi anda, yang mengancam kelangsungan hidup arganisasi anda. Tindakan apa yang anda ambil …….
(…) a. Mencari tahu adakah hal itu pernah terjadi sebelumnya, dan tindakan apa yang pernah diambil untuk mengatasinya.
(…) b. Tidak tahu persis tindakan yang hendak anda lakukan, kecuali mencoba-coba hal yang terlintas di benak anda, karena anda belum pernah mengalami sebelumnya.
(…) c. Mendekati permasalahan secara sistematis dan mencari alternatif pemecahan secara analitis.

14. Anda diminta untuk menggantikan kedudukan teman anda dalam suatu tim kerja. Anggota tim tersebut tidak senang pada cara kerja anda. Anda akan …..
(…) a. Menjelaskan cara kerja anda secara sistematis dan analitis.
(…) b. Menanamkan kesan baik pada mereka dengan gaya hidup yang sesemarak mungkin.
(...) c. Melakukan tindakan praktis dan langsung saja pada pokok persoalan untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa yang akan anda lakukan memang patut mereka perhatikan.

15. Batas waktu penyelesaian tugas anda tanpa anda sadari sudah tinggal beberapa hari lagi. Anda akan merampungkan tugas tersebut dengan ……
(…) a. Penuh ketenangan, karena hal ini sudah sering terjadi, dan biasanya tugas pun selesai pada saatnya.
(…) b. Melakukan tindakan-tindakan kreatif dan orisinil, berdasarkan analitis secara sistematis yang anda lakukan.
(…) c. Memutuskan apa saja yang anda lakukan pada saat itu dan segera saja melaksanakannya.

16. Dalam memimpin tidak selamanya anda berhasil mengajak anggota tim anda untuk mendukung dan terlibat penuh. Anda merasa sangat berhasil memimpin kelompok orang-orang, ketika anda ……..
(…) a. Memberikan contoh-contoh pelaksanaan tugas dan segera menyelesaikan segala sesuatu yang mesti di selesaikan.
(…) b. Dapat menjelaskan proses yang akan ditempuh, langkah demi langkah.
(…) c. Senantiasa menjaga agar setiap orang tetap aktif dan terlibat.

17. Untuk mengajak orang lain, agar mendukung dan terlibat dalam tindakan yang anda akan ambil, kadang-kadang anda harus meyakinkan orang-orang itu. Dalam keadaan demikian, biasanya anda ……
(…) a. Mengemukakan alasan-alasan yang bisa membuatnya memutuskan untuk terlibat dalam tindakan anda.
(…) b. Tidak bertele-tele, langsung mengemukakan pokok masalah.
(…) c. Terlebih dahulu memperkirakan tanggapannya dan bertindak atas dasar itu.

18. Dalam kehidupan berorganisasi anda berhubungan dengan berbagai macam orang. Anda harus menghargai berbagai macam orang tersebut, karena semuanya mempunyai posisi dan fungsi masing-masing. Namun demikian, anda menghargai pemikiran lebih dari orang lain terhadap orang yang …..
(…) a. Tanpa pamrih dan sedikit bicara banyak bekerja.
(…) b. Mengerti dan memahami perasaan orang lain, serta menghargai pemikiran dan jasa orang lain.
(…) c. Terkesan intelek, teoritis, berfikir tegas dan berdasarkan kenyataan yang ada.

ANALISA SOSIAL : Sebuah Pengantar Memahami Realitas Sosial

ANALISA SOSIAL

Sebuah Pengantar Memahami Realitas Sosial



STRUKTUR SOSIAL
Lebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan struktur sosial. Kita ketahui, bahwa orang-orang yang hidup dalam masyarakat saling berinteraksi. Interaksi ini didasari dan terus diarahkan pada nilai-nilai kebersamaan, norma-norma yaitu standar tingkah laku yang mengatur ineraksi antar individu yang menunjukkan hak dan kewajiban tiap-tiap individu sebagai sarana penting agar tujuan bersama tercapai, dan akhirnya oleh sanksi, baik sanksi yang negatif dalam arti mendapat hukuman kalau melanggar norma maupun sangat positif yaitu mendapat penghargaan karena telah mentaati norma yang ada. Dasar dan arah umum interaksi inlah yang kita mengerti sebagai kultur.
Kecuali itu, interaksi antar individu juga diantur sesuai dengan tujuan-tujuan khusus interaksi itu. Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keakraban diatur dalam institusi keluarga. Interaksi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup diatur dalam institusi ekonomi. Interaksi orang dalam hubungannya dengan Illahi diatur dalam institusi agama. Sedangkan agar keseluruhan interaksi dalam masyarakat umumnya bisa bisa terjamin dan pasti diadakan institusi politik. Institusi-institusi ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagaimana kadar saling hubungan dan saling mempengaruhi, serta mana institusi yang paling berpengaruh harus dilihat langsung dalam masyarakat yang ada. Karl Marx umpamanya berpendapat, bahwa institusi ekonomislah yang merupakan landasan di mana institusi-institusi lain berdiri. Dengan kata lain semua institusi lainnya dipengaruhi dan ditentukan oleh institusi ekonomi. Tidak ada pengaruh timbal balik.
Perlu diingat, bahwa dalam setiap institusi juga ada nilai-nilai, norma-norma dan sanksi-sanksi, karena tujuan institusi memang untuk mengatur interaksi. Keseluruhan institusi memang untuk mengatur interaksi. Keseluruhan institusi serta saling berhubungan satu sama lain, itulah yang disebut stuktur sosial. Kata stuktur menunjukkan saling adanya hubungan antara bagian keseluruhan. Maka dapat dikatakan stuktur sosial adalah interaksi manusia yang sudah berpola dalam institusi ekonomi, politik, agama, keluarga, budaya. Dengan kata lain struktur sosial adalah pengorganisasian masyarakat yang ada atau keseluruhan aturan permainan dalam berinteraksi.

KEADILAN PERSONAL, KEADILAN SOSIAL
Selanjutnya perlu juga dimengerti perpindahan antara keadilan personal dan keadilan sosial. Dalam keadilan personal sering mudah diketahui siapa yang bertanggungjawab. Si pembeli A membeli barang dengan kualitas tertentu, ternyata dia mendapat barang dengan kualitas rendah. Penjual barang tersebut jelas langsung bisa dimintai pertanggungjawabannya. Jelaslah mengenai keadilan personal, pelaksanaannya tergantung pada kehendak individu yang bersangkutan. Keadilan personal manuntut agar kita memperlakukan setiap orang yang kita hadapi dengan adil. Sebaliknya mengenai ketidak adilan sosial tanggung jawab atas perbuatan dan efek perbuatan menjadi tanggung jawab semua orang. Tidak bisa kita menunjuk satu orang untuk beranggung jawabsebagaimana pada ketidak adilan personal. Pelaksanaan keadilan sosial tergantung pada struktur masyarakat. Karena tergantungnya pad stuktir masyarakat maka tanggung jawab ketidak adilan sosial menjadi tanggung jawab semua pihak.Hal ini diperjelas dengan seringnya individu dalam masyarakat yang tidak bisa bersikap adil meski dia sudah insaf namun karena struktur sosiallah yang menbuat dia tidak bisa bersikap adil. Umpamanya seorang pengusaha tekstil tidak dapat menaikkan upah buruh-buruhnya karena perdagangan tekstil sedemikian rupa sehingga kalau dia menaikkan upah buruh-buruhnya perusahaan akan gulung tikar. Dengan kata lain institusi ekonomi yang ada menyebabkan upah buruh tetap rendah. Kalau pelaksanaan keadilan sosial tergantung pada struktur sosial yang ada, maka perjuangan demi keadilan sosial berarti perjuangan membangun struktur sosial yang semakin adil.

TUJUAN ANALISA SOSIAL
Analisa sosial adalah suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi ekonomi, politik, agama, budaya dan keluarga sehingga kita tahu sejauh mana dan bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidak adilan sosial. Dengan mempelajari institusi-institusi itu, kita akan mampu melihat satu masalah sosial yang ada dalam konteknya yang lebih luas. Dan kalau kita berhasil melihat suatau masalah sosial yang henadak kita pecahkan dalam kontek yang lebih luas, maka kita pun juga dapat menentukan aksi yang lebih tepat yang diharapkan dapat menyembhkan sebab terdalam masalah tersebut. Demikian menjadi jelas, analisis sosial adalah suatu usaha nyata yang merupakan bagian penting usaha menegakkan keadilan sosial.

MODEL = KERANGKA BERPIKIR
Dalam menganalisis masyarakat, sadar atau tidak sadar orang biasanya mempunyai kerangka berpikir atau memandang. Kerangka berpikir atau memandang inilah yang disebut model. Demikian suatu model adalah asumsi atau gambaran umum mengenai masyarakat. Model ini mempengaruhi begaimana seseorang memilih objek studi dan cara mendekati objek studi tersebut. Sedang teori yang turunkan dari model berifat lebih terbatas dan persis. Suatu model hanya bisa dinilai lengkap, produktif atau berguna, sedang teori bisa salah atau benar.
Ada dua model yang sering melatar belakangi orang dalam mendekati masalah-masalah sosial, yaitu model konsensus dan model konflik.

MODEL KONSENSUS
Menurut model konsensus, stuktur sosial yang ada merupakan hasil konsensus bersama aanggot masyarakat, perjanjian dan pengakuan bersama akan nilai-nilai. Menurut model ini, setiap masyarakat pada hakikatnya teratur dan stabil. Keteraturan dan kestabilan ini disebabkan karena adanya kultur bersama yang dianut dan dihayati oleh anggota-anggota masyarakat. Kultur bersama ini meliputi nilai-nilai, norma dan tujuan yang hendak dicapai. Meskipun pada individu-individu ada kemungkinan-kemungkinan perbedaan dalam persepsi dan pengjhayatan kultur bersama itu, toh pada umumnya nilai-nilai sosial yang berdasar serta norma-norma ayang ada. Justru karena adanya konsensus bersama inilah,maka tata sosial dalam suatu masyarakat.
Model ini menilai masalah sosial sebagai penyimpangan dari nilai-nialai dan norma-norma bersama, karenanya juga masalah sosial dianggap membahayakan stabilitas sosial. Penyelesaian masalah sosial selalu diusahakan dalam kerangka tata sosial yang sudah ada. Dengan kata lain tata sosial tidak pernah dipersoalkan , bahkan kelangsungan stuktur sosial yang sudah ada dijunjung tinggi. Model Konsensus melatar belakangi dua ideologi yaitu konservatif dan liberal.

a. Ideologi konservatif
Ideologi konservatif berakar pada kapitalisme dan liberalisme abad ke-19. Pasaran bebas dianggap oleh ideologi iini sebagai fundamen bagi kebebasan ekonomi dan politik. Pasar bebas dianggap akan menjamin adanya desentralisasi kekuatan politik. Kaum konservatif menjunjung tinggi sruktur sosial. Demi tegaknya struktur sosial tersebut menurut kaum konservatif otoritas dinilai sangat hakiki. Termasuk struktur sosial adalah stratifikasi sosial atau tingkat sosial. Adanya perbedaan tingkat sosial ini dikarenkan perbedaan tingkat individu dengan bakat-bakat yang berbeda. Setiap orang harus berkembang sesuai dengan bakat yang berbeda. Setuap orang harus berkembang sesuai dengan bakat dan pembawaannya. Karenanya sudah sewajarnya kalau ada perbedaan dalam tingkat prestasi yang menuntut masyrakat untuk memberi imbalan dan balas jasa yang berbeda-beda, merupakan dasar adanya hak milik pribadi. Dengankata lain hak milik pribadi dianggap sebagai balas jasa atas jerih payah usaha tiap-tiap anggota masyarakat.

Kemiskinan Menurut Ideologi Konservatif
Pada umumya kaum konservatif melihat masalah kemiskinan sebagai kesalahan pada orang miskin sendiri.Orang miskin dinilai umumnya bodoh,malas, tidak punya motivasi beerprestasi tinggi, tidak punya ketrampilan dan sebagainya yang merka bialang sebagai mental dan kultur penyebab kemiskinan. Menilai positif terhadap stuktur sosial yang ada. Dan menggap kemiskinan sebagai penyimpangan ketentuan yang ada dalam konsensus. Kaum konservatif tidak menggap kemiskinan bukan sebagai masalah serius dan kemiskinan akan bisa diselesaikan dengan sendirinya, maka tidak perlu adanya campur tangan pemerintah.

b. Ideologi Liberal
Liberasi memandang manusia pertama-tama sebagai yang digerakan oleh motivasi kepentingan ekonomi pribadi, dan libaeralisme mempertahankan hak manusia untuk semaksimal mungkin cita-cita pribadinay. Liberasi percaya akan efektifitas pasar bebas dan hak atas milik pribadi. Hak-hak, kebebasan individu sangat ditekankan dan diperjuangkan demi untuk melindungi individu-individu terhadap kesewenangan negara.

Kemiskinan Menurut Ideologi Liberal
Berbeda dengan kaum konservatif, kaum liberal memandang kemiskinan sebagai masalah yang serius, karenanya harus dipecahkan. Kemiskinan dapat diselesaikan bila tersedianya kesempatan yang seluas-luasnya tanpa diskriminasi. Kaum liberal percaya bahwa orang miskin dapat mengatasi kemiskinannya asal mereka mendapat kesempatan berusaha yang memadahi, maka diusulkan untuk diperbaikinya pelayanan-pelayanan bagi kaum miskin, membuka kesempatan kerja baru, membangun perumahan dan penyebarluasan pendidikan.

Kesimpulan
Baik konservatif maupun liberal mempertahankan struktur sosial yang telah ada, dan stuktur sosial ini ditandai dengan perbedaan tingkat sosial, sistem ekonomi kapitalis dan demokratis politik. Perbedaan dalam memandang kemiskinan, kalau kaum konservatif kemiskinan adalah kesalahan orang miskin itu sendiri dan kaum konservatif cenderung membiarkan sedang kaum liberal mengusahakan agar orang miskin mendapatkan kesempatan yang sama dan mampu menyesuaikan dalan struktur.

MODEL KONFLIK
Berbeda dengan model konsensus, model konflik ini memandang stuktur sosial yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat terhadap mayoritas warga masyarakat. Jadi struktur sosial bukan merupakan hasil konsensus seluruh warga apalagi persetujuan bersama mengenai nilai-nilai dan norma-norma. Stuktur sosial adalah dominasi sekelompok kecil dan kepatuhan serta ketundukan sebagaian besar warga masyarakat atas dominasi kelompok kecil tersebut. hukum dan undang-undang dalam masyarakat adalah ciptaan kelompok kecil, elit, dan kelompok yang memerintah untuk mempertahankan kepentingan mereka. Hukum dan undang-undang terutama ditujukan untuk melindungi milik-milik pribadi dan kepentingan.
Model ini memandang positif perubahan-perubahan yang memandang konflik sebagai sumber-sumber potensial bagi perubahan sosial yang progresif. Penganut model ini selalu mempertanyakan struktur sosial yang sudah ada. Mereka tidak mempersoalkan bagaimana orang miskin bisa hidup dan berprestasi dalam stuktur sosial yang sudah ada sebagaimana ditekankan kaum liberal, tetapi mereka mempersoalkan struktur sosial itu sendiri dan menganggapnya sebagai penyebab kemiskinan. Maka persoalan kultur dan mentalitas orang miskin tidak menarik perhatian penganut model konflik ini, sebab persoalan kultur orang miskin dianggapnya tidak mempersoalkan secara mendasar struktur dan kekuasaan politik yang sudah ada. Bahkan mereka menilai kultur dan mentalitas orang miskin yang digambarkan oleh kaum konservatuf itu disebabkan oleh struktur sosial itu sendiri yang tetap bertahan berpuluh atau ratusan tahun.
Kaum penganut model menganggap struktur sebagai penyebab kemiskinan, untuk membuat analisis keadaan sosial pertanyaan yang mereka adalah:
- Kelompok mana yang mendapat untung dari sistem masyarakat yang ada dan kelompok mana yang dirugikan ?
- Siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam kompetisi dalam grup dan diantara grup yang ada ?
- Faktor-faktor mana yang menentukan siapa pemenang dan siapa yang kalah ?

Penganut model ini, melihat masyarakat yang ada sebagai masyarakat massal, yang terdiri dari kelompok elit yang berada di atas massa rakyat banyak yang ada di lapisan bawah yang sama sekali tidak tidak terorganisir sehingga tidak memiliki kekuasaan yang efektif. Rakyat sebagai konsumen media dengan komunikasi dari satu arah tanpa mampu menanggapi dan rekasi berarti. Merka tidak menguasai mass media sehingga protes-protes yang mereka sampaikan tidak pernah mampu menyuarakan pendapat mereka. Dalam kepentingan ekonomi orang miskin didesain untuk dilanggengkan kemiskinannya oleh penguasa dan elit, sebab dengan kemiskinan masih ada kerja-kerja kotor yang bisa dikerjakan oleh orang miskin dengan biaya murah—tenaga.
Orang miskin juga dijadikan komoditi politik –kestabilan politik--oleh elit, karena orang miskin kebanyakan tidak tertarik pada bidang politik dan peluang ini digunakan sebagai pendukung suara dalam pemilu.
Orang-orang miskin dibutuhkan sebagai identifikasi pelanggaran-pelanggaran norma dan nilai, kriminal-kriminal yang ditangkap kebanyakan memang dari orang miskin namun sementara kriminal kerah putih (white collar crime) jauh dari penyelidikan apalagi pengadilan.

Jalan Keluar
Hal yng mengarah pada perubahan sosial sebagaimana digariskan menganut model konflik tadi, disini kita temukan garis moderat sampai pada garis yang benar-benar radikal. Garis moderat menghendaki demokrasi partisipatif baik dalam group-group sosial yang ada maupun dalam organisasi-organisasi sebagai tujuan yang harus dicapai oleh setiap masyarakat. Mereka tidak menganggap pentingnya kepemimpinan, sebaliknya mereka yakin bahwa semua orang ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan-keputusan yang mempengharuhi hidup mereka. Mereka menentang segala bentuk birokrasi, pengaturan dari luar. Mereka menginginkan kontrol mahasiswa atas sekolahnya, rakyat atas polisi, buruh atas pabrik mereka. Sedang penganut garis radikal menganjurkan aksi-aksi menentang sistem sosial yang ada umpamanya ketidaktaatan rakyat akan segala aturan yang ada (civil diobedience), sebab mereka ini yakin bahwa tidak mungkin mengadakan perubahan-perubahan lewat saluran-saluran resmi/legal yang ada atau lewat pemilihan-pemilihan umum, saluran-saluran semacam ini mereka anggap tidak efektif.

EPILOG
Studi ini sebenarnya masih begitu terbatas, analisa sosial akan lebih dipahami ketika kita semua mau untuk mengamati segala sesuatu disekitar kita, kehidupan sosial hidup kita sehari-hari. Kemudian adakan sebuah analisis tentang ketidakadilan sosial yang ada didalamnya dan kita akan bisa menyusun action plan untuk menindaklanjuti sebagai aksi nyata untuk menyelamatkan eksploitasi, pembodohan dan penindasan rakyat kecil atau mungkin diri kita sendiri di lingkungan kita sendiri, mungkin juga di kampus dan organisasi ini ???

“MERDEKAKAN DIRI ANDA DARI KETIDAKTAHUAN, KETIDAKMAMPUAN, DAN KETIDAKPEDULIAN TERHADAP KONDISI SOSIAL YANG TIMPANG DI DEPANMATA ANDA, KARNA ANDA TAK LEBIH DARI SEORANG PENINDAS KETIKA ANDA DIAM YANG SAMA ARTINYA IKUT MENIKMATI KETIDAKBERDAYAAN MEREKA YANG PAPA”


CITRA DIRI ULUL ALBAB

CITRA DIRI ULUL ALBAB


Individu-individu yang membentuk komunitas PMII dipersatukan oleh konstruksi ideal seorang manusia. Seacra idiologis, PMII merumuskannya sebagai Ulul Albab sebaagi citra diri kader PMII. Ulul Albab secara umum didefinisikan sebagai seseorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan (olah pikir) dan ia pun tak lupa mengayun zikir. Dengan sangat jelas Ulul Albab disarikan dalam motto PMII: dzikir, fikir, dan amal sholeh.
Dalam Al Quran secara lengkap kader Ulul Albab digambarkan sebagai berikut:
1. Al-Baqarah (2): 179
“dan dalam hukum qishos itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai Ulul Albab, supaya kamu bertaqwa”.
2. Al-Baqarah (2): 197
“dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku wahai Ulul Albab”.
3. Al-Baqarah (2): 296
“Allah menanugerahkan al-hikmah (kefahaman yang mendalam tentang Al-Quran dan Hadits) kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barabg siapa dianugerahi al-hikmah itu, amak ia benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulul Albab yang dapat mengambil pelajaran”.
4. Ali-Imran (3): 190
“Dialah yang menurunkan Al-Kitab kepada kamu. Diantara isinya ada ayat-ayat muhkamah sebagai pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihan untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari tugas akhir-awalnya. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan “kamu beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami”. Dan kami tidak dapat mengambil pelajaran darinya melainkan Ulul Albab”.
5. Ali –Imran (3): 190
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumidan silih bergantinya malam dan siang terdapat bagi tanda-tanda Ulul Albab”.
6. Al-Maidah (5): 100
“katakanlah: tidak sama yang buruk dan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, agar kamu mendapat keuntungan”.
7. Al-Ra’ad (13): 19
“adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkankepadamu dari tuhanmu itu benar-benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah Ulul Albab saja yang dapat mengambil pelajaran”.
8. Ibrahim (14): 52
“(Al-Quran) ini adalah penjelasan sempurna bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengannya dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan Agar Ulul Albab mengambil pelajaran”.
9. Shaad (38): 29
“ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamupenuh dengan berkah supaya mereka memperhatikanayat-ayatnya supaya mendapat pelajaran Ulul Albab”.
10. Shaad (38): 30
“dan kami anugerahi dia dengan mengumpulkan kembali keluarganya dan kami tambahkan kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmad dari kami dan pelajaran bagi Ulul Albab”.
11. Al-Zumar
“apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang-orang yang beribadah diwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengahrapkan rahmatTuhannya? Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya Ulul Albab yang dapat menerima pelajaran”.
12. Al-Zumar (39): 17-18
“dan orang-orang yang menjauhi taghut yaitu tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan dan mengikuti apa yang terbaikdiantaranya. Mereka itulah orasng-orang yang diberi Allah petunjuk dan mereka itulah Ulul Albab”.
13. Al-Zumar (39):21
“apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air langit dari bumi, maka diaturnya menjadi sumber-sumber dibumi klemudian ditumbuhkan dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadikan kering lalu kamu melihatnya kekuning-kiningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi Ulul Albab”.
14. Al-Mu’min (40): 53-54
“dan sesungguhnya telah kami berikan petunjuk kepada Musa, dan kami wariskan taurat ke[pada bani Israil untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagibani Ulul Albab”.
15. Al-Talaq (65): 10
“Allah menyediakan bagi mereka orang-orang yanag mendurhakai perintah Allah dan Rosul-Nya azab yang keras, maka bertaqwalah kepada Allah hai Ulul Albab, yaitu orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu”.
Dari elaborasi teks diatas, komunitas Ulul Albab dapat dicirikan sebagai berikut:
a. berkesadaran Historis-primodial atas relasi Tuhan-Manusia dan Alam
b. berjiwa optimis-transendental atas kemampuan mengatasi masalah kehidupan
c. berpikir secara dialektis
d. bersikap kritis
e. bertindak transformatif
Sikap atau gerakan seperti ini bisa berinspirasi pada suatu pandangan keagamaan yang transformatif. Nah. Ulul Albab adalah orang yang mampu mentransformasikan keyakinan keagamaan atau ketaqwaan dalam pikiran dan tindakan yang membebaskan; melawan Thaghut.

RUMUSAN STRATEGI PENGKADERAN DAN PARADIGMA GERAKAN

RUMUSAN
STRATEGI PENGKADERAN DAN PARADIGMA GERAKAN

Sebagai organisasi gerakan dan pengkaderan, PMII harus tetap mempunyai komitmen untuk bisa survive dalam semua kondisi, situasi dan segala bentuk perubahan tata aturan main baik di Indonesia (nasional) maupun internasional. Hal ini menjadi logis, karena PMII didirikan buka untuk bertahan dalam kurun waktu selama 1,2, ….100 tahun, bukan satu windu dua windu tapi seribu windu..PMII ada untuk untuk tetap memperjuangkan social mandatory dan amanat sebagai mana termaktub sebagaimana termaktub dalam nilai dasar pergerakan dan visi-mis organisasi. Untuk itu kemampuan dan analisa PMII sebagai organisasi untuk melihat segala fenomena dan bentuk perubahan perilaku baik individu, Negara masyarakat dan dunia menjadi mutlak keberadaannya.

A. Mencari Modal Gerakan.
1. Tatapan Internasional

a. Keberadaan Indonesia tidak lepas dari pergerakan diluar apalagi dalam trend dunia yang mengglobal. Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang tidak biusa dihindari, globalisasi akan menciptakan pasar perekoneomian dunia menjadi menyatu (borderless market) tak hanya pada sector ekonomi, social budaya pun mengalami hal yang serupa (borderless society). Globalisasi telah menciptakan idealisasi global yang mengakibatkan transedensi dari nilai-nilai etatosentris. Nilai-nilai baru tersebut mengatasi keterlibatan dengan nilai-nilai berbangsa menuju nilai-nilai yang berlaku universal. Hal ini berarti akan terjadi pergeseran atau perubahan penghayatan nilai-nilai yang mengakibatkan adanya suatu goncangan budaya (cultural shock).
Menurut konsepnya Ernest Renan, bangsa merupakan suatu kelompok manusia yang mempunyai kehendak atau tekad untuk tetap hidup bersama (le desire de vivre ensamble)yang mempunyai suatu rasa senasib dalam masa lampau terutama didalam penderitaan bersama.
Bangsa Indonesia adalah sebuah lokus yang didalamnya terdapat kekayaan tradisi, sisitem nilai, cita-cita luhur kemanusiaan, moralitas keagamaan, dan naluri social untuk membentuk sebuah Negara bangsa (nation state) yang didalamnya kita semua bisa tumbuh dan tinggal secara nyaman dan beradab. Pertumbuhan inilah yang secara social-antropologis kita sepakati sebagai ‘’kontrak sosial’ dan ‘komitmen politik’ untuk bersama-sama membangun, menjaga dan memiliki ‘rumah Indonesia’yang harus menjaga etika bertetangga dengan rumah bangsa dan negara lain.
b. Konsolidasi politik negara-negara Eropa dan Amerika yang banyak menganut demokrasi liberal pasca perang dunia ke-2, untuk menciptakan format baru penjajahan dari kolonialisme dan imperialisme lama. Konsolidasi tersebut menghasilkan adanya pertukaran politik global sehingga memunculkan imperium global yang diikuti dengan perkembangan diplomasi multilateral, dan regulasi internasional dan pembentukan-pembentukan institusi politik global, seperti PBB, EEC (Economic Europe Comunity), Uni Eropa, NAFTA etc.
Institusi politik internasional inilah akan menciptakan role of the game atau aturan main percaturan politik global berskal internasionalkhusunya yang menyangkut isu-isu perdagangan, perang dan perdamaian. Perkembangan politik internasional tersebut akan menghilangkan sekat-sekat batas negara sehingga akan memunculkan rezim internasional yang mempunyaio pengaruh cukup signifikan dan memiliki otoritas untuk menentukan masa depan negara-negara yang lain.
c.Posisi Indonesia yang merupakan bagian dari dunia, tidak akan mungkin lagi terhindar dari proses internasionalisasi politik tersebut, apalagi dengan kondisi geografisiIndonesia yang sanagat strategis. Indonesia akan kehilangan banyak peran dan hanya menjadi bagian kecil dalam pentas dunia. Pemerintah Indonesia dan negara-negara ketiga lainnyaakan semakin kehilangan kontrol atas atas arus informasi, teknologi penyakit, migrasi, senjata, dan tarnsaksi finansial baik legal maupun maupun ilegal yang melintasi batas-batas wilayahnya. Aktor non negara , mulai dari kalangan bisnis hingga organisasi-organisasi non profit akan semakin memainkan peranan penting dalam lingkup nasional maupun internasional. Kualitas pemerintahan nasional dan internasional akan ditentukan oleh tingkat keberhasilan negara dan masyarakat dalam mengatasi kekuatan-kekuatan global diatas.
d.Oleh Karena itu, kita perlu melihat Indonesia dalam gambar dan ruang yang lebih besar lagi yaitu dunia. Dengan melihat Indonesia sebagai bagaian dari sebuah sisitem dunia yang sedang berjalan, kita dapat mengenali relasi apa yangs edang terjadi dalam sebuah peristiwa. Dengan mengenali relasinyakita dapat melihat pola-pola yang digunakan oleh sisitem tersebut untuk beroperasi, katakanlah kita perlu melihat dengan perspektif sisitem dunia ini, lalu bagaimana kita menhubungka perubahan-perubahan internal Indonesia dengan sisitem dunia ini? Jawaban ada pada diri kader Pergerakan.

B.Stretegi dan Taktik Kaderisasi
Sebuah gerakan yang rapi dan masif harus mengandaikan terbentuknya faktor-faktor produksi, distribusi dan wilayah perbutan. Tanpa menggunakan logika ini maka gerakan akan selalau terjebak pada heroisme sesaat dan kemudian mati tanpa meninggalkan apa-apa selain kemasyhuran dan kebanggan diri semata.

1.Realitas Pengakderan PMII

a. Sistem Rekruitmen
- Pertimbangan Emosional (Pertemanan)
- Pertimbangan Ideologis (karena sama-sama NU)
- Pertimbangan Rasional
- Pertimbangan Pragmatis
b. Sistem Pengakderan
- Terjebak pada rutinitas pengkaderan formal
- Lemahnya infrastruktur pengkaderan (materi, hand out, Fasilitator etc)
- tidak adanya materi pengkadetran yang berbasis akademik/fakultatif
- Kentalnya Hegemoni senior (baca : alumni)
- Terabaikannya kader dari kampus umum atau eksakta
c. Medan Distribusi
- Alumni hanya berkumpul pada satu bidang saja (Parpol, LSM, wartawan)
- Ketidak mampuan merebut atau menciptakan ruang baru untuk pendistribusian kader
2. Tawaran Solusi

Dengan realitas pengkaderan tersebut maka diperlukan antara lain :
1. Selektifitas pola rekrutmen kader
2. Pengadaan Materi pengkaderan yang layak dan fakultatif
3. 30 % kurikulum pengakderan berisi muatan lokal
4. Adanya pelatihan instruktur atau fasilitator pelatihan secara berkala
5. Sistem Pengkaderan di PMII harus mempertimbangkan basic keilmuan kader
6. Membangun komunikasi yang startegis dan non hegemonik dengan alumni
7. Merebut serta berusaha untuk mencitpakan medan distribusi bagi kader-kader PMII di dunia profesional.
8. sistematisasi kajian, kaderisasi formal sehingga terarah dengan baik

Berikut ini skema proses kaderisasi yang harus terjadi di PMII. Sekema di bawah ini tidak boleh ada keterputusan anatar suatu proses dengan proses yang lainnya, karena antara astu dengan yang lainnya saling terkait, dan proses tersebut akan berjalan terus menerus. Skema ini paling tidak memebrikan sedikit gambaran kita bahwa sisitem pengakaderan PMII jangan hanya terfokus pada sisi internal saja, artinya, mencetak kader sebanyak-banyaknya tetapi tidak tahu mau didistribusikan kemana kader-kader tersebut. Untuk itu sudah saatnya kita berfikir realistis, bahwa tanggung jawab PMII secara oragnisasional juga terletak pada sisi pendistribusian kader pada medan-medan distribusi.


Skema Stratak pengakaderan PMII



C. Paradigma/ Cara Pandang Gerakan

Sebagai organisasi gerakan, PMII harus tetap menujukkan sifat kohesinya terhadap segala bentuk ketidak adilan,. Untuk itu diperlukan adanay cara pandang organisasi terhadap segala bentuk ketidakadilandan segala bentuk perubahan perilaku individu, masyarakat, negara dan dunia. Membangun paradigma gerakan memang sesulitr membaca kenyataan yang semstinya menjadai pijakan paradigma itu. Paradigma yang baik adalah paradigma yang yang mampu menjadikan sejarah sebagai bahan penyusun yang dipadukan dengan kenyataan hari ini.
Dengan selalu berangkat dari kenyataan riil, kita akan mampu menagkap struktur apa yang sat ini sedang bergerak dan gerakan yang kita jalankan akan mampu memutus roda-gila (free wheel) peradaban yang hegemonik. Selama ini nalar mainstream yang digunakan dalam penyusunan paradigma PMII adalah nalar yang berangkat dari asumsi yang belum tentu terkait dengan kenyataan yang sehari-hari terjadi. Jadi konsep ideal (logos) itu dianggap lebih penting dan ideal daripada kenayataan.
Pertanyaanya kemudian, apakah Paradigma Kritis Transformatif (PKT) masih relevan untuk menatap realitas perubahan saat ini?. Jawabnya masih relevan, hanya problemnya terletak pada cara pandang dalam menatap sebuah realitas kekinian saja. Namun perdebatan tentang layak tidaknya PKT tersebut dirubah atau tidak forum Muspimnas bukanlah merupakan forum yang legitimate untuk merubah PKT tersebut dan hanya forum kongres lah yang legitimate untuk merubah paradigma PKT tersebut.

Namun beberapa catatan yang harus diingat tentang paradigma itu anatara lain :
1. Paradigma tidak boleh resisten terhadap segala bentuk gejala dan perubahan siklus dan perilaku individu, masyarakat, negara dan dunia. Jika PMII tidak ingin tergilas oleh roda gila yang sedang berjalan, yaitu globalisasai.
2. Paradigma harus disertai dengan contigency plan yang dapat menyelamatkan organisasi dalam situasi apapun.
3. Paradigma yang didorong oleh startegi, sehingga pardigma tidak dianggap suatu yang baku.

Wallahuluwafieq Ila Aqwamith Thorieq

MANAJEMEN ORGANISASI

MANAJEMEN ORGANISASI


Sebuah Prolog

Istilah “manajemen” seringkali menimbulkan tanggapan yang campur aduk, apalagi di lingkungan organisasi nirlaba. Soalnya istilah-istilah tersebut menimbulkan kesan sebagai suatu kumpulan pejabat organisasi perusahaan atau pabrik (karena istilah ini memang berasal dari sana)yang menentang para pekerja mereka, padahal organisasi nirlaba justru sangat tertarik untuk mengorganisir kaum buruh. Seringkali istilah manajemen memang diartikan sebagai sekelompok orang pimpinan dalam “manajemen” . Kita seringkali mendengar seseorang di sebuah perubahan atau pabrik mengatakan: “Pihak manajemen sudah memutuskan...”, “Saya sudah melaporkan kepada pihak manajemen” dan sebagainya. Kelompok(pimpinan) manajemen ini memang sering dianggap sebagai biang keladi semua ketidakberesan yang terjadi dalam suatu organisasi, atau bahkan ketidakberesan yang terjadi di tengah masyarakat luas. Tidak heran jika banyak manajer yang sering tak mau dikenali sebagai manajer. Lebih dari itu, istilah manajemen terlalu sering dikaitkan dengan sebuah perusahaan yang sekedar mencari untung.(Terj: Roem Topatimasang, P3M, 1988)
Penggalan paragraf diatas menunjukkan bahwa sebetulnya istilah “manajemen” masih bias. Ada semacam anggapan bahwa manajemen organisasi adalah tidak sama antara masing-masing organisasi, provit dan non-provit. Dalam organisasi provit, hal ini lebih dikenal dengan istilah Public Relations(PR).
Dalam tulisan ini akan dijelaskan pengertian manajemen yang sesuai dengan organisasi nirlaba. Bahwasanya setiap organisasi membutuhkan suatu sistem yang menjalankan fungsi-fungsi vital, sebagai berikut:

Mengintegrasikan organisasi sebagai salah satu bagian dari masyarakat luas

Setiap organisasi adalah bagian dari suatu sistem yang lebih besar (masyarakat) yang akan mempengaruhi sistem, dan organisasi itu merupakan salah satu bagian (sub-sistem)nya. Ini penting dipahami karena seseorang atau kelompok-kelompok tertentu akan mencurahkan perhatiannya pada hubungan antara organisasi dengan lingkungannya dalam rangka membantu organisasi untuk mengetahui, menyerap perubahan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan tersebut.

Menjamin kemudahan memperoleh sumberdaya

Fungsi ini merupakan fungsi yang sangat penting. Sebab semua organisasi memperoleh sumberdaya di lingkungannya. Sumberdaya tersebut umumnya terpakai habis, sehingga sumberdaya yang baru harus segera ditemukan. Jika organisasi gagal memberikan pelayanan jasa yang tepatguna dan boros menyalurkan sumberdaya dari lingkungannya, cepat atau lambat kemudahan mendapatkan sumberdaya tersebut semakin terbatas. Padahal sebuah organisasi nirlaba menggantungkan dana hibah dari luar, dan setiap orang dalam organisasi itu tahu bagaimana pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan donor yang menjadi sumbernya. Sumberdaya lain yang terpenting adalah manusia. Bagi organisasi nirlaba, hal ini menjadi lebih penting dibandingkan dengan organisasi yang lain. Anggota yang potensial atau sukarelawan akan mempertimbangkan visi, misi, tujuan dan pencapaian hasil organisasi. Pekerja yang potensial atau sukarelawan akan mempertimbangkan hal-hal tersebut sebagai dasar apakah ia akan bergabung atau tidak dengan organisasi tersebut. Jadi kemudahan memperoleh sumberdaya manusia harus tetap menjadi perhatian dari manajemen organisasi nirlaba.

Hubungan dengan klien(Pemakai dan penerima jasa)

Suatu organisasi didirikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Adanya kebutuhan tersebut mendorong lahirnya organisasi sehingga orang-orang mau menjadi kliennya. Melakukan pendekatan dengan orang-orang adalah perhatian utama dari manajemen organisasi nirlaba. Selama organisasi memuaskan kebutuhan klien, hubungan baik dengan mereka mungkin tidak menjadi masalah. Tetapi, organisasi dapat kehilangan hubungan baiknya dengan klien, karena pemenuhan kebutuhan mereka tidak berlanjut atau karena beberapa alasan lain. Sekali suatu organisasi telah dibentuk, ia harus bekerja keras untuk memenuhi tuntutan kebutuhan kliennya, meskipun pada awalnya tampak mereka tidak mau memenuhi kebutuhan tersebut. Pada organisasi nirlaba, mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya demi mempertahankan hubungan baik dengan konsumen mereka, dan telah menemukan berbagai metode kreatif untuk mendapatkan dukungan dari pelanggan potensial. Organisasi dapat belajar dari pengalaman tersebut.

Memantapkan misi organisasi

Semua organisasi membutuhkan kemantapan dan keberlangsungan misi mereka. Ini merupakan fungsi dari sistem manajemen organisasi nirlaba unjuk menjelaskan dan menyampaikannya kepada klien. Penjelasan tersebut harus memuat aspek-aspek penting organisasi, termasuk jasa kepada klien, pencapaian hasil kerja dan produktivitas, penggunaan sumberdaya fisik dan finansial, penggunaan sumberdaya manusia, tanggungjawab kemasyarakatan, pembaharuan-pembaharuan, dan hasil-hasil karya kreatif yang telah dicapai selama ini.

Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengendalian, dan Evaluasi

Ini merupakan sederetan fungsi-fungsi manajemen tradisional yang dibutuhkan oleg organisasi nirlaba untuk menjamin organisasi yang bersangkutan berjalan baik. Fungsi perencanaan mencakup perumusan tujuan jangka pendek dan jangka panjang organisasi, serta mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi pengorganisasian adalah memadukan orang-orang dan tugas-tugas mereka dalam suatu struktur yang terencana, bukan semata-mata demi tugas itu sendiri, tetapi juga memuaskan kebutuhan orang-orang yang melaksanakannya. Jika organisasi tumbuh dan semakin menjadi besar, kebutuhan akan pengarahan muncul pula. Oleh sebab itu fungsi pengendalian harus diberlakukan juga. Fungsi pengawasan ini perlu untuk menjaga agar organisasi tetap berjalan pada jalurnya dan untuk mengorek kesalahan yang terjadi. Akhirnya, fungsi evaluasi dibutuhkan untuk menentukan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi.

Mengintegrasikan Sub-Sistem Sosial dan Tugas-tugas

Sub-sistem sosial suatu organisasi menjamin penyediaan orang-orang yang mau bekerja dan sub-sistem tugas menentukan pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh mereka. Kedua sub-sistem ini akan menimbulkan kegawatan jika antara keduanya saling bertentangan. Mesti ada sistem manajemen yang harus menjamin, bahwa kedua sub-sistem ini benar-benar berjalan seiring. Kita semua pasti memiliki pengalaman bekerja di dalam suatu sistem dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut dicampur-adukkan dengan motivasi kita untuk melaksanakannya. Atau, kita-pun sudah sering melaksanakan tugas yang terlalu enteng, rutin, monoton dan membosankan; atau tugas-tugas justru terlalu rumit, terputus-putus dan membingungkan. Jika hal ini terjadi, sulit mempertahankan staf yang berkemampuan agar betah bekerja. Contoh-contoh klasik dari dua keadaan ekstrim ini adalah putusnya hubungan baik dengan staf pada suatu sisi dan tidak berdayanya tim pemecah masalah tersebut pada sisi yang lain. Hal-hal di atas merupakan unsur-unsur penting dan mutlak dalam suatu organisasi. Semuanya merupakan suatu ukuran baku yang disebut sebagai Fungsi Manajemen. Tulisan ini disusun atas dasar kaidah-kaidah tersebut.

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DALAM PERGUMULAN PEMIKIRAN

AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH
DALAM PERGUMULAN PEMIKIRAN


Pengantar
Telaah terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah ( Aswaja ) sebagai bagaian dari kajian keislaman –merupakan upaya yang mendudukkan aswaja secara proporsional, bukannya semata-mata untuk mempertahankan sebuah aliran atau golongan tertentu yang mungkin secara subyektif kita anggap baik karena rumusan dan konsep pemikiran teologis yang diformulasikan oleh suatu aliran, sangat dipengaruhi oleh suatu problem teologis pada masanya dan mempunyai sifat dan aktualisasinya tertentu.
Pemaksaan suatu aliran tertentu yang pernah berkembang di era tertentu untuk kita yakini, sama halnya dengan aliran teologi sebagai dogma dan sekaligus mensucikan pemikiran keagamaan tertentu. Padahal aliran teologi merupakan fenomena sejarah yang senantiasa membutuhkan interpretasi sesuai dengan konteks zaman yang melingkupinya. Jika hal ini mampu kita antisipasi berarti kita telah memelihara kemerdekaan (hurriyah); yakni kebebasan berfikir (hurriyah al-ra’yi), kebebasan berusaha dan berinisiatif (hurriyah al-irodah) serta kebebasan berkiprah dan beraktivitas (hurriyah al-harokah) (Said Aqil Siradj : 1998).
Berangkat dari pemikiran diatas maka persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana meletakkan aswaja sebagai metologi berfikir (manhaj al-fikr)?.Jika mengharuskan untuk mengadakan sebuah pembaharuan makna atau inpretasi, maka pembaharuan yang bagaimana bisa relevan dengan kepentingan Islam dan Umatnya khususnya dalam intern PMII. Apakah aswaja yang telah dikembangkan selama ini didalam tubuh PMII sudah masuk dalam kategori proporsional? Inilah yang mungkin akan menjadi tulisan dalam tulisan ini.


Aswaja Dan Perkembangannya
Melacak akar-akar sejarah munculnya istilah ahlul sunnah waljamaah, secara etimologis bahwa aswaja sudah terkenal sejak Rosulullah SAW. Sebagai konfigurasi sejarah, maka secara umum aswaja mengalami perkembangan dengan tiga tahap secara evolutif. Pertama, tahab embrional pemikiran sunni dalam bidang teologi bersifat eklektik, yakni memilih salah satu pendapat yang dianggap paling benar. Pada tahab ini masih merupakan tahab konsolidasi, tokoh yang menjadi penggerak adalah Hasan al-Basri (w.110 H/728 M). Kedua, proses konsolidasi awal mencapai puncaknya setelah Imam al-Syafi’I (w.205 H/820 M) berhasil menetapkan hadist sebagai sumber hukum kedua setelah Al- qur’an dalam konstruksi pemikiran hukum Islam. Pada tahab ini, kajian dan diskusi tentang teologi sunni berlangsung secara intensif. Ketiga, merupakan kristalisasi teologi sunni disatu pihak menolak rasionalisme dogma, di lain pihak menerima metode rasional dalam memahami agama. Proses kristalisasi ini dilakukan oleh tiga tokoh dan sekaligus ditempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan, yakni; Abu Hasan al-Asy’ari (w.324 H/935 M)di Mesopotamia, Abu Mansur al-Maturidi (w.331 H/944 M) di Samarkand, Ahmad Bin Ja’far al-Thahawi (w.331 H/944 M) di Mesir. ( Nourouzzaman Shidiqi : 1996). Pada zaman kristalisasi inilah Abu Hasan al-Asy’ari meresmikan sebagai aliran pemikiran yang dikembangkan. Dan munculnya aswaja ini sebagai reaksi teologis-politis terhadap Mu’tazilah, Khowarij dan Syi’ah yang dipandang oleh As’ari sudah keluar dari paham yang semestinya.
Lain dengan para Ulama’ NU di Indonesia menganggap aswaja sebagai upaya pembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang). Perkembangkan selanjutnya oleh Said Aqil Shiroj dalam mereformulasikan aswaja sebagai metode berfikir (manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berdasarkan atas dasar modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi, tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai tidak menarik lagi dihadapan dunia modern. Dari sinilah PMII menggunakan aswaja sebagai manhaj al fikr dalam landasan gerak.

Aswaja Sebagai Manhaj al-fikr
Dalam wacana metode pemikiran, para teolog klasik dapat dikategorikan menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok rasionalis yang diwakili oleh aliran Mu’tazilah yang pelopori oleh Washil bin Atho’, kedua, kelompok tekstualis dihidupkan dan dipertahankan oleh aliran salaf yang munculkan oleh Ibnu Taimiyah serta generasi berikutnya. Ketiga, kelompok yang pemikirannya terfokuskan pada politik dan sejarah kaum muslimin yang diwakili oleh syi’ah dan Khawarij, dan keempat, pemikiran sintetis yang dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi.
Didalam PMII Aswaja dijadikan Manhajul Fikri artinya Aswaja bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan dijadikan metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama. Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak relevansinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan kelompok apapun.
Rumusan aswaja sebagai manhajul fikri pertama kali diintrodusir oleh Kang Said (panggilan akrab Said Aqil Siradj) dalam sebuah forum di Jakarta pada tahun 1991. Upaya dekonstruktif ini selayaknya dihargai sebagai produk intelektual walaupun juga tidak bijaksana jika diterima begitu saja tanpa ada discourse panjang dan mendalam dari pada dipandang sebagai upaya ‘merusak’ norma atau tatanan teologis yang telah ada. Dalam perkembangannya, akhirnya rumusan baru Kang Said diratifikasi menjadi konsep dasar aswaja di PMII. Prinsip dasar dari aswaja sebagai manhajul fikri meliputi ; tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang). Aktualisasi dari prinsip yang pertama adalah bahwa selain wahyu, kita juga memposisikan akal pada posisi yang terhormat (namun tidak terjebak pada mengagung-agungkan akal) karena martabat kemanusiaan manusia terletak pada apakah dan bagaimana dia menggunakan akal yang dimilikinya. Artinya ada sebuah keterkaitan dan keseimbangan yang mendalam antara wahyu dan akal sehingga kita tidak terjebak pada paham skripturalisme (tekstual) dan rasionalisme. Selanjutnya, dalam konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus bisa menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada bahkan sampai pada keyakinan sekalipun. Tidak dibenarkan kita memaksakan keyakinan apalagi hanya sekedar pendapat kita pada orang lain, yang diperbolehkan hanyalah sebatas menyampaikan dan mendialiektikakan keyakinan atau pendapat tersebut, dan ending-nya diserahkan pada otoritas individu dan hidayah dari Tuhan. Ini adalah manifestasi dari prinsip tasamuh dari aswaja sebagai manhajul fikri. Dan yang terakhir adalah tawazzun (seimbang). Penjabaran dari prinsip tawazzun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu perilaku individu yang bersifat sosial maupun dalam konteks politik sekalipun. Ini penting karena seringkali tindakan atau sikap yang diambil dalam berinteraksi di dunia ini disusupi oleh kepentingan sesaat dan keberpihakan yang tidak seharusnya. walaupun dalam kenyataannya sangatlah sulit atau bahkan mungkin tidak ada orang yang tidak memiliki keberpihakan sama sekali, minimal keberpihakan terhadap netralitas. Artinya, dengan bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa memandang dan memposisikan segala sesuatu pada proporsinya masing-masing adalah sikap yang paling bijak, dan bukan tidak mengambil sikap karena itu adalah manifestasi dari sikap pengecut dan oportunis.

Penutup
Ini bukanlah sesuatu yang saklek yang tidak bisa direvisi atau bahkan diganti sama sekali dengan yang baru, sebab ini adalah ‘hanya’ sebuah produk intelektual yang sangat dipengaruhi ruang dan waktu dan untuk menghindari pensucian pemikiran yang pada akhirnya akan berdampak pada kejumudan dan stagnansi dalam berpikir. Sangat terbuka dan kemungkinan untuk mendialektikakan kembali dan kemudian merumuskan kembali menjadi rumusan yang kontekstual. Karena itu, yakinlah apa yang anda percayai saat ini adalah benar dan yang lain itu salah, tapi jangan tutup kemungkinan bahwa semuanya itu bisa berbalik seratus delapan puluh derajat.

Wallahul muwafieq Ila aqwamith Thorieq

Kamis, 09 Desember 2010

TEGAKKAN SUPREMASI HUKUM

TEGAKKAN SUPREMASI HUKUM KASUS KORUPSI DANA KONI DAN BANTUAN SOSIAL KABUPATEN BANDUNG

OLEH KEJAKSAAN TINGGI JABAR

Cukup sudah kita disuguhkan peristiwa nan memilukan menyangkut kinerja Kejaksaan yang bermain-main (kongkalikong) dengan para tersangka kasus korupsi beberapa waktu lalu. Alangkah ngerinya apabila seorang jaksa dijual kredibilitas (bahkan harga dirinya) dengan bebrapa ratus juta rupiah saja. Padahal rakyat Indonesia sangat menunggu kinerja para penegak hukum ini agar bisa mengungkap kasus-kasus yang merugikan masyarakat.

Senada dengan hal itu, kasus korupsi KONI serta Mark Up dana Bantuan Sosial (Bansos) yang melibatkan pejabat-pejabat tinggi di lingkungan kabupaten bandung yang hari ini disidangkan hendaknya menjadi prioritas utama untuk diungkap siapa dalang korupsi yang menyebabkan kerugian materi maupun non materi masyarakat kabupaten bandung dalam skala miliyaran ini. Jangan sampai penuntasan kasus korupsi ini hanya dijadikan sebagai sandiwara saja antara pihak kejaksaan dengan elit yang terlibat dalam kasus tersebut yang ujung-ujungnya menjadi bais di tengah jalan.

Oleh karena itu kami dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kabupaten Bandung, sebagai bagian dari element masyarakat Kabupaten Bandung memiliki tanggungjawab untuk terus mengontrol setiap kebijakan pemerintah, berkaitan dengan itu, kami meminta kapada kejaksaan tinggi jabar untuk:

1. Tuntaskan kasus korupsi dana KONI dan Bansos Kabupaten Bandung dengan tidak tebang pilih dalam penegakkannya.

2. Seret semua pihak baik dari ekskutif maupun legislatif yang terlibat, ke dalam penjara agar jera dan tidak mengulangi.

3. Tolak segala pemberian uang siluman (sogokan) yang hanya membuat kredibilitas kejati jatuh.

4. Ciptakan budaya bersih dan independent di lingkungan kejaksaan tinggi jabar.

Kalau tuntutan-tuntutan di atas tidak dipenuhi, atas nama masyarakat Indonesia (Kabupaten Bandung) kami mengutuk tindakan kejati, dan kami siap melakukan penegakan hukum dengan cara kami sendiri.