Senin, 14 Juni 2010

Model-model Analisa Politik

Model-model Analisa Politik
Model Sistem Politik dari David Easton
Ciri-ciri sistem politik :
1.Ciri-ciri identifikasi
Untuk membedakan suatu sistem politik dari sistem-sistem sosial lainnya, kita harus bisa mengidentifikasinya dengan menggambarkan unit-unit dasarnya (berwujud tindakan-tindakan politik) dan membuat garis batas yang memisahkan unit-unit itu dari unit-unit yang ada di luar sistem politik itu. Dan yang termasuk dalam suatu sistem politik adalah semua tindakan yang lebih kurang langsung berkaitan dengan pembuatan keputusan-keputusan yang mengikat masyarakat.
2.Input (masukan) dan Output (keluaran)
Sistem politik memiliki konsekuensi-konsekuensi yang penting bagi masyarakat, yaitu keputusan-keputusan otoritatif. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang disebut output. Untuk menjamin tetap bekerjanya suatu sistem diperlukan input-input secara ajeg. Tanpa input sistem itu tidak akan dapat berfungsi; tanpa output kita tidak dapat mengidentifikasikan pekerjaan yang dikerjakan oleh sistem itu.
3.Diferensiasi (Pembedaan hak dan kewajiban) dalam suatu system
Secara empiris tidak mungkin ditemukan suatu sistem politik di mana unit-unitnya mengerjakan kegiatan-kegiatan yang sama pada waktu yang sama. Anggota-anggota dari suatu sistem paling tidak mengenal pembagian kerja minimal yang memberikan suatu struktur tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan itu.

4.Integrasi (Penyatuan) dalam suatu system
Bila suatu sistem berstruktur ingin mempertahankan dirinya, sistem itu harus memiliki mekanisme yang bisa mengintegrasikan atau memaksa anggota-anggotanya untuk bekerja sama walaupun dalam kadar minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan-keputusan yang otoritatif.

Ada dua jenis pokok input suatu sistem politik: yaitu tuntutan dan dukungan. Input-input inilah yang memberikan bahan mentah atau informasi yang harus diproses oleh sistem itu, dan juga energi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sistem itu. Ada satu fakta yang mendominasi kehidupan politik semua masyarakat: yaitu kelangkaan akan sebagian besar hal-hal atau benda-benda yang bernilai tinggi. Beberapa dari tuntutan akan hal-hal yang relatif langka itu tidak pernah masuk ke dalam sistem politik sebelum dipenuhi melalui perundingan-perundingan pribadi dari atau penyelesaian-penyelesaian oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Tuntutan-tuntutan itu timbul dari dua bidang pengalaman yaitu dari lingkungan di sekitar sistem itu (tuntutan eksternal) atau di dalam sistem itu sendiri (tuntutan internal).

Input-input berupa tuntutan saja tidaklah memadai untuk keberlangsungan kerja suatu sistem politik. Input tuntutan itu hanyalah bahan dasar yang dipakai untuk membuat produk akhir, yang disebut keputusan. Untuk tetap menjaga keberlangsungan fungsinya, sistem itu juga memerlukan energi dalam bentuk tindakan-tindakan atau pandangan-pandangan yang memajukan dan merintangi suatu sistem politik, tuntutan-tuntutan yang timbul di dalamnya, dan keputusan-keputusan yang dihasilkannya. Input ini disebut dukungan (support). Tanpa dukungan, tuntutan tidak akan bisa dipenuhi atau konflik mengenai tujuan tidak akan terselesaikan. Dukungan dimasukkan ke dalam sistem politik dan mengarah pada tiga sasaran: komunitas, rezim, dan pemerintah. Dan dukungan memiliki mekanisme yaitu melalui output dan politisasi.
Model Gabriel A. Almond
Kesatuan dan keutuhan tulisan ini dibentuk oleh tiga konsep, yaitu sistem, struktur, dan fungsi. Sistem kita artikan sebagai suatu konsep ekologis yang menunjukkan adanya suatu organisasi yang berinteraksi dengan suatu lingkungan, yang mempengaruhinya maupun dipengaruhinya. Sistem politik merupakan organisasi melalui mana masyarakat merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama mereka. Untuk melakukan berbagai kegiatan ini sistem politik mempunyai lembaga-lembaga atau struktur-struktur; seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan, dan partai politik, yang menjalankan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi tertentu, yang selanjutnya memungkinkan sistem politik itu untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakannya. Konsep-konsep itu sangat penting untuk memahami bagaimana politik dipengaruhi oleh lingkungan alam dan lingkungan manusianya, dan bagaimana politik mempengaruhi kedua lingkungannya itu. Konsep-konsep itu merupakan komponen-komponen konseptual dari suatu pendekatan ekologis terhadap politik.
Terjadi pengaruh mempengaruhi baik itu di berbagai segi struktur intern dari suatu sistem politik berubah sesuai dengan berubahnya politik ekstern, ataupun sebaliknya. Begitu juga halnya dengan kebijakan-kebijakan internnya, dan organisasi-organisasi serta lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan itu. Sifat saling tergantung itu bukan hanya dalam hubungan antara kebijakan dengan sarana-sarana institusional itu saja. Lembaga-lembaga atau bagian-bagian dari sistem politik juga saling tergantung.

Ada beberapa struktur yang umumnya dimiliki oleh sistem politik: kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai politik, badan legislatif, eksekutif, birokrasi, dan badan-badan peradilan. Kelemahan dari klasifikasi enam segi ini adalah karena ia tidak banyak membantu dalam memperbandingkan satu sistem politik dengan lainnya. Kalau kita dapat menyatakan bahwa lembaga-lembaga tertentu menjalankan fungsi-fungsi tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu pula maka barulah analisis perbandingan kita itu memiliki arti.
Model-Model Analisa Politik lainnya
Apter memberikan perbedaan antara sistem politik demokratis dengan sistem politik totaliter.Sistem demokratis memberikan respon terhadap variabel-variabel krisis dengan cara berusaha menengahi kelompok-kelompok yang berselisih dalam rangka menghasilkan kebijakan-kebijakan yang efektif dan dapat memperbaiki sebab-sebab ketegangan/perselisihan. Keberhasilannya tergantung pada keefektifan hubungan
antara masyarakat dengan pemerintah.
Pemerintah merupakan variabel dependen, dan masyarakat merupakan variabel independen. Sementara dalam sistem totaliter situasinya berkebalikan. Pemerintah berusaha menangani pelembagaan, sosialisasi, dan penghayatan dengan memobilisasi penduduk. Ia mentransformasikan keseluruhan masyarakat. Ia tidak menengahi di dalamnya. Ia menghimpun penduduk untuk tujuan ini. Partisipasi yang menandingi kekuasaan para elit, di mana orang-orang menetapkan prioritas menurut keadaan-keadaan mereka sendiri, di batasi.
Mitchell memberikan jenis-jenis input dan output sistem politik yang berbeda dengan David Easton. Menurut Mitchell input-input sistem politik terdiri dari tuntutan-tuntutan (demands) dan harapan-harapan (expectations), sumber-sumber (resources) dan dukungan (support). Output-output sistem politik terdiri dari tujuan-tujuan/sasaran-sasaran (goals), nilai-nilai (values) dan biaya-biaya (costs), dan kontrol-kontrol (controls).
Agak berbeda dari Easton dan Almond, Blondel memunculkan konsep konflik (conflicts). Menurutnya, dalam setiap masyarakat muncul berbagai konflik, dan fungsi sistem politik untuk “mencerna”-nya. Dia juga membedakan output menjadi dua jenis yaitu:

1.alamiah (natural): Jika sesuai dengan nilai normatif dalam masyarakat;

2.dipaksakan (imposed); jika tidak sesuai dengan nilai normatif dalam masyarakat, biasanya menyangkut tingkah laku dan pemikiran dari pemegang kekuasaan.

Sumber buku Perbandingan PemerintahanKarya Dede Mariana

Tidak ada komentar: